Mahasiswa Kehilangan Orientasi Filosofi Pendidikan Tinggi
JAKARTA, KOMPAS.com -- Anggota Komisi X DPR,
Rohmani, meminta pemerintah untuk melakukan evaluasi pengelolaan
pegurguruan tinggi. Tawuran yang terjadi di kalangan mahasiswa selama
ini, menurut dia, tidak lepas dari buruknya pengelolaan perguruan
tinggi.
Dia menilai, pemerintah tidak bisa menyalahkan sepenuhnya
mahasiswa yang sering tawuran. Ada persoalan yang lebih mendasar sebagai
penyebab berulangnya tawuran mahasiswa. Hal ini yang harus
diselesaikan pemerintah.
"Sistem pengelolaan pendidikan tinggi
kita tidak membuka ruang bagi mahasiswa untuk berkreasi. Sistem
pendidikan tinggi memaksa mahasiswa untuk sekadar mengejar nilai ujian.
Sistem yang ada memaksa mahasiswa untuk cepat lulus," kata Rohmani,
Senin (15/10/2012).
Menurut dia, ruang pembelajaran di ekstra
kampus semakin minim. Mahasiswa didorong untuk sekadar mengejar nilai
evaluasi pendidikan. Sementara kampus tidak mengarahkan mahasiswa untuk
mengembangkan diri di kegiatan ekstra kampus. Sistem yanga ada memaksa
mahasiswa untuk tidak aktif di organisasi kampus.
"Mahasiswa
kehilangan orientasi tentang filosofi pendidikan tinggi. Seharusnya
pemberdayaan mahasiswa menjadi perhatian utama," katanya.
Untuk
itu Rohmani meminta pemerintah untuk segera memperbaiki sisitem
pengelolaan pendidikan tinggi. Membukan ruang bagi mahasiswa untuk
mengembangkan diri lewat organisasi kampus atau pun melalui lembaga
akademik.
Editor :
Nasru Alam Aziz
Begitulah kalau kita menggunakan SISTEM yang salah.
BalasHapusSudah nyadar salah ko masih dipertahankan.
Salam Hangat
padahal kegiatan Ekstrakurikuler itu sangat bermanfaat buat Mahasiswa.
BalasHapusBagaimana mereka menyampaikan gagasannya, bersikap dewasa ketika gagasannya tidak diterima, ada pembelajaran negosiasi.
dan tentu banyak lagi yang didapatkan di kegiatan Extra Kampus.
tentu kita berharap kampus lebih mengaktifkan kegiatan-kegiatan extra kampus dan tentu dengan dukungan dana yang cukup.