Kehormatan Muslimah di Mata Kholifah Al-Mu’tashim
Ada qadhiyyah mashiriyyah lain dalam sejarah kekehilafahan
al-Mu’tashim, yang hingga kini masih dikenang oleh umat Islam. Kisah
penaklukan kota Amuriyyah, yang nota bene merupakan kota terpenting bagi imperium Romawi, selain Konstantinople.
Al-Qalqasyandi, dalam kitabnya, Ma’atsiru al-Inafah,
menjelaskan salah satu sebab penaklukan kota itu pada tanggal 17
Ramadhan 223 H. Diceritakan, bahwa penguasa ‘Amuriyah, salah seorang
Raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan Fathiman -Radhiya-Llahu ‘anha. Wanita itu disiksa, lalu berteriak, “Wahai Mu’tashim!” Raja Romawi pun berkata kepadanya, “Tidak akan ada yang membebaskanmu, kecuali menaiki bebarapa Balaq (kuda yang mempunyai warna hitam-putih).” Jeritan itu pun sampai kepada Khalifah al-Mu’tashim, lalu dia mengomando pasukannya untuk mengendarai kuda Balaq. Dia pun keluar, memimpin di depan pasukannya, dengan 4.000 Balaq, tiba di ‘Amuriyah dan menaklukkannya. Dia membebaskan wanita mulia tersebut, dan berkata, “Jadilah
saksi untukku di depan kakekmu (Nabi Muhammad SAW), bahwa aku telah
datang untuk membebaskanmu. Dengan memimpin pasukanku, yang terdiri dari
4.000 Balaq.”
Dalam penuturan Ibn Khalikan, dalam Wafyatu al-A’yan wa Anba’ Abna’ az-Zaman, dan Ibn al-Atsir, dalam al-Kamil fi at-Tarikh, dinyatakan, “Ketika
berita tersebut sampai ke telinga dia, saat itu dia berada di atas
tempat tidurnya, maka dia menyambut jeritan itu, seraya berkata, “Aku
penuhi panggilanmu. Aku penuhi panggilanmu.” Lalu, dia berteriak di
dalam istananya, “Berangkatkan pasukan! Berangkatkan pasukan!”
Dalam riwayat lain dinyatakan, bahwa ketika itu ada seorang
wanita Muslimah di pasar, kemudian ada orang Romawi yang berjalan di
pasar tersebut melihat wanita tadi, dan berusaha untuk menggodanya dan
menarik jilbab atau jubahnya. Wanita Muslimah itu pun teriak,
“Wahai Mu’tashim, di manakah Anda!” Jeritan itu pun terdengar oleh
aparat Khalifah al-Mu’tashim, dan mereka menyampaikannya kepada sang
Khalifah. Al-Mu’tashim pun menyiapkan tentara dalam jumlah besar untuk
melakukan serangan.
Dalam kitab Syadzarat ad-Dzahab, al-Mas’udi,
menyatakan, “Dia saat itu memegang gelas untuk diminum, begitu berita
tersebut sampai ke telinga dia, dia segera menaruh gelasnya, dan
berkata, “Saya tidak akan meminumnya, hingga berhasil membebaskan wanita
mulia itu dari tawanan, dan membunuh Raja.” Tatkala telah berhasil
menaklukkan ‘Amuriyah, dia memasukinya, dan berkata, “Aku penuhi
panggilanmu! Aku penuhi panggilanmu!” Dia langsung mencari Raja, yang
menawannya, lalu memenggal lehernya, membebaskan ikatan tawanan
tersebut. Setelah itu, dia berkata kepada ajudan yang membawakan
minumannya, “Berikan gelasku!” lalu dia pun meminumnya, dan berkata,
“Sekarang sudah tenang, dan minumlah orang yang hendak meminumnya
(al-Mu’tashim).”
Semoga Allah merahmati al-Mu’tashim. Betapa luar biasa Khalifah
ini. Dia sanggup memikul tanggung jawab besar. Mempunyai kehormatan
yang kuat, kemuliaan yang tinggi, yang kini telah tiada. Andai saja kita
mempunyai pemimpin seperti Khalifah al-Mu’tashim. Khalifah yang akan
menaklukkan negeri, menolong yang lemah, menjaga kehormatan kita, dan
menegakkan kepala kita di saat kita dinistakan dan terhina. HAR
Posting Komentar untuk "Kehormatan Muslimah di Mata Kholifah Al-Mu’tashim"