Agenda Busuk Menteroriskan Rohis
Oleh Kholda Naajiyah
Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
Sungguh malang nasib umat Islam saat ini. Cap teroris telah
menyudutkan umat Islam dari berbagai kalangan, mulai ulama hingga remaja
taat. Ya, pelajar baik-baik, para aktivis kerohanian Islam (rohis) yang
sholeh-sholehah dan menjadi teladan di sekolahnya pun dituduh teroris.
Wajar jika mereka meradang. Ribuan pelajar yang tergabung dalam Forum
Silaturahmi Rohis Nasional pun mengadakan aksi damai di Bundaran HI
Jakarta, Minggu 23 September 2012. Aksi itu merupakan bentuk protes atas
pemberitaan di salah satu media televisi yang menyebutkan rohis di
sekolah adalah sarang rekrutmen teroris muda (detik.com, 29/9/12).
APA SALAH ROHIS?
Adalah sangat gegabah menyimpulkan kegiatan rohis
sebagai sarang perekrutan teroris muda. Rohis merupakan salah satu
kegiatan di sekolah yang sudah eksis puluhan tahun. Wadah pembinaan
pelajar muslim ini diadakan untuk mendukung pelajaran agama yang memang
sangat minim. Rohis memfasilitasi pembinaan pelajar dengan tsaqofah
Islam agar tercipta pribadi-pribadi yang bertakwa dan menjadi teladan
khususnya di lingkungan sekolah. Kegiatan ini bersifat resmi, atas
sepengetahun dan bimbingan kepala sekolah dan para guru.
Kegiatan-kegiatan yang diadakan sangat positif untuk memupuk
spiritual remaja. Seperti kajian keislaman, training kepemimpinan,
peringatan-peringatan hari besar keislaman dan aksi sosial lainnya. Para
aktivis dan alumni rohis pun diakui sebagai sosok teladan di kalangan
pelajar seusianya, khususnya di lingkungan sekolah.
Mereka tercerahkan dengan pemahaman Islam yang benar sehingga menjadi
remaja yang memahami hakikat hidupnya. Mereka mengisi aktivitas dengan
apa yang diridhoi Allah SWT. Aktivis rohis sangat jauh dari kesan
negatif, seperti nakal, hura-hura, apalagi terlibat kriminal dan amoral.
Sebaliknya, mereka dikenal jujur, santun, berakhlak mulia dan menjaga
harga diri dari berbagai kemaksiatan dan kenakalan remaja pada umumnya.
Lantas, apa yang salah dengan rohis?
MENEBAR PHOBIA
Jelaslah, ada upaya menyudutkan rohis sebagai bagian dari propaganda
antiterorisme. Selama ini, hasil tangkapan Densus 88 yang diindikasikan
teroris –meski tanpa proses pengadilan dan pembuktian– sebagian adalah
kalangan muda. Maka, para pemuda yang aktif mengkaji Islam pun jadi
sasaran ¨tembak.¨ Mereka dibidik agar menjauh dari Islam jika tak ingin
bernasib sama: menjadi korban Densus 88.
Propaganda ini sekaligus menebarkan islamophobia di kalangan
masyarakat, khususnya remaja. Para pelajar dibuat takut untuk terlibat
dalam kegiatan rohis dan orangtua diharapkan mengawasi dengan ketat
anaknya yang menjadi aktivis rohis. Bahkan jika perlu, melarang ikut
rohis.
Ini sejalan dengan agenda perang melawan teroris, dimana
dipropagandakan seolah-olah siapa saja yang terlibat aktif dalam kajian
Islam, baik di kalangan pelajar melalui rohis maupun para dai dan ulama
adalah bibit-bibit teroris.
Tak hanya itu, upaya menteroriskan rohis adalah bagian dari agenda
deradikalisasi yang sedang gencar dilakukan. Kelak tak hanya pesantren,
sekolah-sekolah umumpun akan dipantau kegiatan rohisnya. Para aktivis
rohis akan dengan mudah dituduh teroris jika berpegang teguh pada ajaran
Islam, hanya dengan cap radikal. Itulah agenda busuk di balik upaya
mengidentikkan rohis dengan teroris.
MASALAH REMAJA
Sungguh, remaja saat ini sangat jauh dari nilai-nilai spiritual.
Betapa banyak problem yang dihadapi remaja hingga menjadi generasi yang
seolah tanpa masa depan. Fenomena kemerosotan moral misalnya, sudah
demikian mengkhawatirkan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) menyebut data: tiap tahun, 600.000 remaja putri hilang
keperawanan. Lalu menurut data Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), 21
persen remaja atau satu dari lima remaja di Indonesia pernah melakukan
aborsi (detik.com, 25/6/12).
Sementara pengguna narkoba pada 2011 mencapai 3,8 juta orang atau
setara dengan 2,2 persen penduduk. Sebagian besar pengguna dari kalangan
anak-anak muda (tempo.co, 15/3/12). Belum lagi remaja yang terlibat
kriminal, sudah berapa kasus pencurian, perampokan dan pembunuhan yang
melibatkan remaja? Juga, sudah berapa ratus nyawa melayang akibat
tawuran pelajar?
Segudang persoalan remaja itu, hingga kini belum terselesaikan.
Bahkan kian tahun kenakalan remaja kian menggunung. Semestinya itulah
yang menjadi perhatian semua pihak –termasuk media– untuk menyelesaikan
secara terintegrasi dan tuntas.
Dan, solusi jitu hanya ada pada Islam. Dijamin, dengan berpegang
teguh pada ajaran Islam, niscaya remaja tercegah berperilaku bejat
sebagaimana fenomena di atas. Masalahnya, kalau saat ini para remaja
justru ditakut-takuti agar menjauh dari ajaran Islam, apakah memang
generasi bejat seperti itu yang diharapkan?
GENERASI MASA DEPAN
Potret remaja rusak saat ini adalah produk sekularisme-liberal.
Ideologi inilah yang mencekoki remaja dengan pemahaman yang salah
mengenai hakikat hidupnya. Bahwa masa remaja adalah saat
bersenang-senang, sehingga di dalam benak remaja yang ada hanyalah
hura-hura. Mereka tak terpisahkan dari gaya hidup materialistis, hedonis
dan permisif. Tak peduli haram, merugikan pihak lain atau bahkan
menjerumuskan diri pada kenistaan, yang penting kesenangan duniawi
direngkuh.
Berbeda dengan profil remaja Islam, yang memahami hakikat dirinya
sebagai hamba Allah SWT. Remaja yang tertancam di dalam dirinya
nilai-nilai halal-haram sejak dini, sehingga menjadikan pemuda memiliki
tanggung jawab atas segala perbuatannya. Generasi muda muslim seperti
ini memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam yang distandarkan
pada aturan Allah SWT.
Sejarah mencatat, masa-masa keemasan dan kejayaan Islam didominasi
oleh kiprah para pemuda. Bahkan sejak zaman Rasulullah SAW, banyak
sahabat dan sahabiyah yang berkiprah membawa kemaslahatan bagi umat di
usia belia. Generasi seperti inilah yang seharusnya menjadi model remaja
saat ini. Dan inilah yang di antaranya sedang diupayakan para aktivis
rohis. Walhasil, jika bangsa ini masih menginginkan masa depan,
semestinya kita support para aktivis rohis dan berterima kasih pada
mereka.(*)
Posting Komentar untuk "Agenda Busuk Menteroriskan Rohis"