MAHASISWA MAKASSAR ANARKIS ?
Makassar tak selamanya menjadi sarang anarkisme mahasiswa seperti yang selalu diberitakan media. Sebenarnya disudut-sudut kampus yang mungkin tak terjamah (atau sengaja tidak dijamah) oleh media, masih ada komunitas mahasiswa yang mau memikirkan kondisi agama dan bangsanya serta jauh dari citra anarkis. Hal ini dibuktikan oleh Lembaga Dakwah Kampus Liga Dakwah Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (LDK-LDM UMI) yang telah berhasil melaksanakan salah satu program kerjanya bertajuk Dialog Intelektual Mahasiswa pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 dengan mengangkat tema “Reformasi atau Revolusi” tema kontemporer namun tetap menarik untuk diperbincangkan.
Kegiatan ini menghadirkan pembicara-pembicara yang berkompeten untuk membahasnya. Pembicara terdiri dari 5 narasumber yaitu Jihad Harun Sandia (ketua KAMMI Daerah Makassar), Syuaib Pramono (Ketua PMII Cabang Sulawesi Selatan), Heni Handayani (HMI Badko Sulawesi Selatan), Razikin Al Ngali (Ketua IMM Cabang Makassar) dan Muhammad Sabran (Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Wilayah Sulawesi Selatan-Sulawesi dan Barat). Serta menghadirkan dua orang pembanding dari kalangan akademisi, Bapak Arman Kamaruddin, ST, MT (dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang dan pemerhati Gerakan Mahasiswa),serta Bapak DR.Saifuddin Al Mughniy S.Sos, S.H, M.Hum, (Pembantu Rektor III Universitas Veteran Republik Indonesia dan mantan aktivis mahasiswa).
Acara yang mengambil tempat di Aula Hijaz Fakultas Hukum UMI, dipandu oleh Muhammad Rahmani sebgai host acara. Setelah dibuka secara resmi oleh Muhammad Ilham (ketua Umum LDK-LDM UMI) diskusi pun berlangsung begitu hangat, setelah dibuka diskusi langsung diawali dengan terikan dan sorakan takbir dari audiens yang memadati ruangan. Pembicara pertama dari HMI memaparkan pendapatnya tentang tema yang diangkat bahwa Indonesia sekarang memang diwarnai dengan berbagai masalah mulai dari isu korupsi, kasus century, serta intervensi asing yang menggurita disegala bidang. Tetapi ia juga memaparkan bahwa Indonesia belum memerlukan revolusi, karena artinya kita harus meruntuhkan seluruh sistem-sistem yang telah ada. Dari narasumber kedua juga tak jauh berbeda. Menurut Ketua umum IMM, Indonesia telah terhegemoni dengan keberadaan asing serta terkungkung oleh neoliberalisme dan sistem pendidikan yang mengacu dengan zaman kolonialisme. Tetapi iapun mengajak hadirin agar tidak terjebak dengan hal apakah memilih reformasi atau revolusi. Senada dengan kedua narasumber sebelumnya Ketua KAMMI Daerah Makassar menyerukan untuk Indonesia bisa lebih mandiri lepas dari intervensi asing, serta semuanya harus berpikir untuk menuju ke arah perubahan yang mendasar dan radikal, walaupun ia mengatakan bahwa reformasi atau revolusi tak mesti jadi sebuah pilihan tetapi arah perubahan kita jelas.
Setali tiga uang dengan pembicara dari PMII, tetapi dia sedikit menambahkan bahwa tak hanya intervensi asing saja yang sekarang mengungkung Indonesia tapi juga ideology transnasional yang datangnya dari timur tengah sana. Ideology transnasional itu bertujuan untuk melegalisasi Syariah Islam di Indonesia yang sangat plural. Secara garis besar ia memaparkan bahwa Islam Indonesia dengan Ideologi Pancasila tidak bisa disamakan bahkan disatukan dengan Islam Arab. Karena Indonesia memiliki budaya tersendiri.
Kemudian dilanjutkan oleh pemaparan dari Koordinator BKLDK Wilayah Sulselbar. Beliau banyak mengangkat data-data seputar problematika yang ada di Indonesia. Mulai dari soal Narkoba, aborsi, kemiskinan dan lain sebagainya. Dengan melihat masalah yang tak hanya terjadi di satu daerah saja, maka ia berkesimpulan bahwa masalah Indonesia adalah masalah sistemik, bukan hanya masalah individu. Maka solusi yang ia tawarkan adalah revolusi, tetapi bukan revolusi seperti yang ada dipikiran masyarakat saat ini. Namun yang dimaksud adalah revolusi damai nan suci seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Setelah narasumber memaparkan pendapatnya.
Kedua panelis mulai melontarkan pertanyaan kepada kelima narasumber yang hadir. Dua pertanyaan yang sama keluar dari dua panelis yang hadir, bahwa apa langkah real atau langkah strategis setiap pergerakan untuk melakukan perubahan dan bapak arman komaruddin menambahkan satu pertanyaannya dengan mencoba meminta kelima narasumber untuk menyebutkan negara-negara apa saja yang telah melakukan reformasi dan revolusi. Bapak Saifuddin juga menambah satu pertanyaan dengan mengajak seluruh narasumber untuk memaparkan apa sebenarnya penyebab kegagalan reformasi. Peserta pun tak kalah antusias, dari hasil pemaparan lima narasumber, audiens langsung berebutan untuk bertanya. Dua pertanyaan ditujukan hanya pada satu narasumber yakni dari PMII yang memang terlihat kontroversial dalam diskusi itu. Jalannya diskusi menarik dan ditutup dengan closing statemen dari setiap narasumber dan panelis. Dilanjutkan dengan pemberian cenderamata, yang diberikan langusng oleh ketua umum LDK-LDM UMI.
Mau jadi apa kampus khususnya dan negeri ini umumnya dibawah kawalan pergerakan mahasiswa yang masih mengharapkan suatu model perubahan yang bersifat tambal sulam yang terbukti tak pernah menyelesaikan masalah justru menimbulkan masalah baru. Saat ini dunia kampus hanya berharap pada pergerakan mahasiswa yang menjadikan Islam sebagai asas dan semangat geraknya. (Adi_Kd Sulselbar)
Sumber :www.dakwahkampus.com
Kegiatan ini menghadirkan pembicara-pembicara yang berkompeten untuk membahasnya. Pembicara terdiri dari 5 narasumber yaitu Jihad Harun Sandia (ketua KAMMI Daerah Makassar), Syuaib Pramono (Ketua PMII Cabang Sulawesi Selatan), Heni Handayani (HMI Badko Sulawesi Selatan), Razikin Al Ngali (Ketua IMM Cabang Makassar) dan Muhammad Sabran (Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Wilayah Sulawesi Selatan-Sulawesi dan Barat). Serta menghadirkan dua orang pembanding dari kalangan akademisi, Bapak Arman Kamaruddin, ST, MT (dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang dan pemerhati Gerakan Mahasiswa),serta Bapak DR.Saifuddin Al Mughniy S.Sos, S.H, M.Hum, (Pembantu Rektor III Universitas Veteran Republik Indonesia dan mantan aktivis mahasiswa).
Acara yang mengambil tempat di Aula Hijaz Fakultas Hukum UMI, dipandu oleh Muhammad Rahmani sebgai host acara. Setelah dibuka secara resmi oleh Muhammad Ilham (ketua Umum LDK-LDM UMI) diskusi pun berlangsung begitu hangat, setelah dibuka diskusi langsung diawali dengan terikan dan sorakan takbir dari audiens yang memadati ruangan. Pembicara pertama dari HMI memaparkan pendapatnya tentang tema yang diangkat bahwa Indonesia sekarang memang diwarnai dengan berbagai masalah mulai dari isu korupsi, kasus century, serta intervensi asing yang menggurita disegala bidang. Tetapi ia juga memaparkan bahwa Indonesia belum memerlukan revolusi, karena artinya kita harus meruntuhkan seluruh sistem-sistem yang telah ada. Dari narasumber kedua juga tak jauh berbeda. Menurut Ketua umum IMM, Indonesia telah terhegemoni dengan keberadaan asing serta terkungkung oleh neoliberalisme dan sistem pendidikan yang mengacu dengan zaman kolonialisme. Tetapi iapun mengajak hadirin agar tidak terjebak dengan hal apakah memilih reformasi atau revolusi. Senada dengan kedua narasumber sebelumnya Ketua KAMMI Daerah Makassar menyerukan untuk Indonesia bisa lebih mandiri lepas dari intervensi asing, serta semuanya harus berpikir untuk menuju ke arah perubahan yang mendasar dan radikal, walaupun ia mengatakan bahwa reformasi atau revolusi tak mesti jadi sebuah pilihan tetapi arah perubahan kita jelas.
Setali tiga uang dengan pembicara dari PMII, tetapi dia sedikit menambahkan bahwa tak hanya intervensi asing saja yang sekarang mengungkung Indonesia tapi juga ideology transnasional yang datangnya dari timur tengah sana. Ideology transnasional itu bertujuan untuk melegalisasi Syariah Islam di Indonesia yang sangat plural. Secara garis besar ia memaparkan bahwa Islam Indonesia dengan Ideologi Pancasila tidak bisa disamakan bahkan disatukan dengan Islam Arab. Karena Indonesia memiliki budaya tersendiri.
Kemudian dilanjutkan oleh pemaparan dari Koordinator BKLDK Wilayah Sulselbar. Beliau banyak mengangkat data-data seputar problematika yang ada di Indonesia. Mulai dari soal Narkoba, aborsi, kemiskinan dan lain sebagainya. Dengan melihat masalah yang tak hanya terjadi di satu daerah saja, maka ia berkesimpulan bahwa masalah Indonesia adalah masalah sistemik, bukan hanya masalah individu. Maka solusi yang ia tawarkan adalah revolusi, tetapi bukan revolusi seperti yang ada dipikiran masyarakat saat ini. Namun yang dimaksud adalah revolusi damai nan suci seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Setelah narasumber memaparkan pendapatnya.
Kedua panelis mulai melontarkan pertanyaan kepada kelima narasumber yang hadir. Dua pertanyaan yang sama keluar dari dua panelis yang hadir, bahwa apa langkah real atau langkah strategis setiap pergerakan untuk melakukan perubahan dan bapak arman komaruddin menambahkan satu pertanyaannya dengan mencoba meminta kelima narasumber untuk menyebutkan negara-negara apa saja yang telah melakukan reformasi dan revolusi. Bapak Saifuddin juga menambah satu pertanyaan dengan mengajak seluruh narasumber untuk memaparkan apa sebenarnya penyebab kegagalan reformasi. Peserta pun tak kalah antusias, dari hasil pemaparan lima narasumber, audiens langsung berebutan untuk bertanya. Dua pertanyaan ditujukan hanya pada satu narasumber yakni dari PMII yang memang terlihat kontroversial dalam diskusi itu. Jalannya diskusi menarik dan ditutup dengan closing statemen dari setiap narasumber dan panelis. Dilanjutkan dengan pemberian cenderamata, yang diberikan langusng oleh ketua umum LDK-LDM UMI.
Mau jadi apa kampus khususnya dan negeri ini umumnya dibawah kawalan pergerakan mahasiswa yang masih mengharapkan suatu model perubahan yang bersifat tambal sulam yang terbukti tak pernah menyelesaikan masalah justru menimbulkan masalah baru. Saat ini dunia kampus hanya berharap pada pergerakan mahasiswa yang menjadikan Islam sebagai asas dan semangat geraknya. (Adi_Kd Sulselbar)
Sumber :www.dakwahkampus.com
Posting Komentar untuk "MAHASISWA MAKASSAR ANARKIS ?"